Hei, welcome to my blog, and enjoy your activities!
Akhir-akhir ini banyak berita yang berseliweran mengenai prahara rumah tangga dan pernikahan. Mulai dari issue perselingkuhan, perceraian, hingga yang terbaru tentang hak asuh anak. Hakikatnya pernikahan bukanlah akhir dari segala solusi yang sedang dipikirkan, melainkan kamu baru saja masuk ke dalam zona lebih dalam. Area yang tak lagi seru bahkan lebih seru, tak lagi rumit menjadi lebih ringan, dan menjadi zona ternyaman bagi kamu dan pasangan. Banyak yang mengatakan keutuhan rumah tangga diuji pada tahun pertama hingga ke lima. Padahal sejak awal adanya janji suci sudah banyak ujian yang terjadi. Hanya saja tertutup dengan rasa bahagia saat menjadi pengantin dan mengubah status from single to married. Pasti banyak dari kalian yang berangan-angan ingin segera menikah karena faktor usia, seperti yang kita semua ketahui untuk wanita usia lebih dari 25 tahun mendapat warning dengan warna merah. Karena batas maksimum yang dipatokan wanita Indonesia adalah 25 tahun. Padahal menikah tidak harus dipatok usia, patokannya hanya tentang kesiapan mental dan diri.
Menjadi pembicaraan dan pertanyaan banyak orang tentang usia dan belum menikah sudah pernah saya rasakan. Pada saat itu usia sudah melebihi 25 tahun dan belum juga menikah. Saya memutuskan untuk menikah diusia 30 tahun, dan menurut saya pada saat itu mental sudah mulai merasa cukup siap untuk berumah tangga. Sebelumnya banyak pertanyaan "kapan menikah?", "udah ada jodohnya belum?", dan banyak pertanyaan lainnya. Menurut saya lebih baik terlambat karena menyeleksi kandidat daripada terjebak dalam zona merah pernikahan. Seperti yang terjadi di kalangan masyarakat sekarang. Menjadi wanita pemilih, pria pemilih itu bagus lho karena ini menyangkut jangka lama kehidupan dengan pasangan. Gak mau kan terjadi hal serupa?
Alih-alih sebagai pemilih, jangan lupa untuk terus upgrade diri kita. Jangan sampai sibuk memilih yang luxury tapi diri sendiri masih premium, beda frekuensi hehe. Memilih dan mnyeleksi tetap diimbangi dengan mengubah diri juga itu sangat penting. Ingat pasanganmu adalah cerminan dirimu. Kalau diawal saja kamu tidak ada rencana mengubah diri, bagaimana mau mendapatkan yang sesuai spesifikasi kamu? Jika ada pria atau wanita yang minder dengan status kamu high quality ya berarti dia bukan pasangan kamu. Orang yang sama-sama berjuang mengubah diri, akan lebih match dengan mereka yang mengupgrade dirinya juga. Jadi jangan khawatir, insyaAllah akan ada yang cocok buat kamu. Mulai dari cocok jadi teman diskusi, ngobrol apapun nyambung, hingga ke ranah lainnya.
Perselingkuhan terjadi karena mereka tidak saling bersyukur dengan pasangan masing-masing. Tapi juga tidak mau introspeksi diri kesalahan masing-masing, tidak ada juga komunikasi dua arah yang mengerucut menjadi solusi. Jika terbesit untuk mendua, cobalah kembali ke momen saat kalian PDKT, pacaran, dan menikah. Jangan sungkan untuk membicarakan sesuatu ke pasangan. Apa aja yang perlu dibicarakan dengan pasangan?
- Apa yang kamu gak suka dan suka dari pasangan?
Coba bertanya dengan pasangan, kira-kira apa aja sih yang pasangan gak suka dari kamu? Jika sekiranya memang itu mengganggu dia, cobalah kamu mengubah sedikit demi sedikit. Jangan marah saat pasangan memberikan keluh kesahnya ke kamu. Dengarkan dan resapi, jika kamu bingung untuk mengatasinya, tanya solusinya ke dia. Contoh, kamu gak suka pasangan kamu mendengkur, kamu bilang ke dia "yang, aku gak suka kamu tidur tu berisik banget. Bisa gak kontrol tidur kamu?" dan pasangan tidak tahu harus jawab apa, kamu bertindak juga menjadi pemberi solusi. Misalnya memberikan saran untuk olahraga pernapasan, mengurangi kadar gula atau karbo, dan lainnya. Jadi kamu dan pasangan selain saling bertukar keluhan bisa juga memberikan solusi.
- Bagaimana progres kamu sebagai pasangan?
Ada banyak momen yang juga perlu kamu bahas dengan pasangan. Seperti progres kalian sebagai suami istri. Apakah ada yang kurang atau bahkan berlebihan? Segala sesuatu yang berlebihan sudah pasti tidak ada baiknya. Namun kekurangan akan bisa diperbaiki dengan pembicaraan. Jangan gengsi untuk mengakui kekurangan masing-masing dari kalian. That's okay to be honest person for your partner. Intinya dengarkan, dan ambil positifnya, jangan selalu beranggapan itu adalah hal negatif dan langsung baper, jadi sebel ke pasangan. Kalau satu momen aja sudah bikin kamu kesal atau sebel, bagaimana untuk memperbaiki kedepannya? Itulah mengapa banyak nasihat orangtua kepada anak-anaknya yang menikah adalah menurunkan ego, dan bersabar. Tapi dengan catatan menurunkan ego disaat semua memang bisa dipikirkan, kalau sudah diluar nalar, kamu boleh sanggah dengan tujuan mendapatkan solusi.
- Persoalan finansial
Untuk kamu yang masih sungkan membicarakan finansial, kita sama kok. Saya sangat sungkan membicarakan finansial ke pasangan. Tapi ternyata itu hal yang penting, terutama untuk kamu yang baru saja akan menikah. Lebih baik tahu di awal daripada tahu setelahnya. Hal ini akan sangat menjadi bebean jika kamu adalah generasi roti lapis yang membiayai semua kebutuhan orangtua dan rumah tangga kamu sendiri. Berat memang untuk mengucapkan atau hanya menyampaikan finansial ke pasangan, namun jika tidka dilakukan lambat laun pasangan kamu akan tahu semuanya. Terutama jika keuangan kamu selalu habis dan kurang, sudah pasti dia akan bertanya untuk apa saja uang yang sudah diberikan. Lebih baik menghindari masalah dengan cara menjadi jujur tentang finansial.
- Selalu diskusi sebelum memutuskan sesuatu.
Jangankan masalah besar, hanya membeli panci saja kamu harus bilang ke pasangan. Apakah barang itu butuh atau hanya keinginan saja. Iya betul banget! Apapun harus didiskusikan dengan pasangan, masalah kecil atau besar. untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kalau kamu, sudah sampai di tahap ini belum?
- Pembagian tugas setelah menikah
Ada pasangan yang lebih suka pasangannya (istrinya) di rumah sebagai ibu rumah tangga. Ada juga yang membebaskan pasangannya untuk bekerja sebagai hiburan sebelum punya anak. Sesimple ini juga harus didiskusikan, terutama untuk kamu yang sama-sama bekerja. Jika salah satu dari kamu memutuskan untuk ngeprovide keluarga dan kamu merasa lebih mampu, coba diskusikan. Apakah pasngan menyetujui jika kamu masih bekerja atau lebih baik di rumah. Karena hampir 99,99% pria mau istrinya di rumah mengasuh anaknya, mendidik anak-anak, dan menyiapkan semuanya. Tapi suami juga harus mau membantu pekerjaan istri di rumah seperti beres-beres rumah, ajak main anak, membantu menyiapkan segala sesuatu di rumah, dengan catatan saat hari libur atau jika suami mau dilakukan setelah pulang bekerja. Jika ada suami yang bilang "kan saya sudah mencari uang, bekerja seharian", silakan memberinya pandangan tentang tugas suami di rumah. Mencari nafkah memang sudah kewajiban sebagai kepala keluarga, tapi juga tidak menjadikan istri sebagai asisten rumah tangga. Semua harus dilakukan bersama, namanya gotong royong dalam rumah tangga.
Kalian sudah sampai di tahap mana nih? Apa semua sudah dilakukan dengan pasangan? Wah kamu keren banget! Karena saya juga masih belajar melakukan banyak hal hehe
Menjadi pasangan yang sempurna memang tidak bisa dan tidak ada. Namun menjadi pasangan yang selalu ada, selalu mendengarkan, dan selalu bisa diajak bicara jadi poin tambah dalam mempererat tali pernikahan. Karena pernikahan bukan hanya sekedar janji, melainkan komunikasi yang terjalin apik dengan pasangan. Saya tahu betapa sulitnya menjaga pasangan, apalagi sebagai wanita yang mudah sekali tersulut emosi, dan sedikit-dikit ngambek, sangat sensitif telinganya sampai hatinya. Tapi juga sebagai wanita kita perlu mengendalikan itu dengan kepala dan hati yang dingin. Jangan terlalu percaya dengan omongan orang luar, coba bertanya kepadanya langsung. Jika berbohong akan ada waktunya diperlihatkan.
Nanti kita diskusi lagi ya, salam hangat dari Melbourne! Tetap semangat dan terus belajar.